Different Sunset
Luoree, Adelaide
Langit yang sama saat kau mengatakan semua akan baik-baik saja. Ya, beberapa tahun lalu. Tepat ketika senja berlabuh tatkala langit menutup tirai kehidupan. Apakah senja disana tetap indah seperti yang aku lihat saat ini? Kau tahu, ketika dunia sibuk mengumpulkan pundi-pundi koin, aku memilih untuk duduk di sini. Berdiam diri menunggu lukisan terbaik-Nya terlukis sempurna. Dan tentu saja, aku kembali mengingat kenangan-kenangan itu.
“Kau tahu kenapa senja datang dan pergi teramat cepat?” Juliard bertanya padaku. Ya tentu saja dengan tatapan lembutnya.
“Tidak.” Hanya satu kata yang mampu aku keluarkan. Bagaimana mungkin aku bisa berkata panjang lebar jika Juliard menatapku seperti itu, dazzling eyes.
” Tuhan sengaja menciptakan senja agar kita selalu bersyukur karena telah mampu melewati siang-Nya dan berdoa sebelum melewati malam. Ketika senja kau bisa merasakan ketenangan di tengah hiruk pikuknya dunia meski hanya dalam waktu yang singkat.” Juliard nampak menghela nafas panjangnya. Sejenak hanya hembusan angin yang terdengar. Diiringi kicauan burung gereja yang berbondong-bondong kembali ke sangkar hangatnya.
“Dan aku ingin kau seperti senja. Indah dan memberikan ketenangan.” Ah, kenangan itu muncul kembali. Ya mungkin aku terlalu bodoh untuk terus terkurung dalam jaring kenangan ini. Keinginanku hanya satu, melupakan laki-laki itu.
Juliard, Berlin
Bukankah senja selalu indah? Namun senja tak lagi sama dengan beberapa tahun yang lalu. Ya, saat aku dapat menikmati senja bersama dia, perempuan yang beberapa tahun lalu menangis karenaku.
” Dan aku ingin kau seperti senja. Indah dan memberikan ketenangan.” Aku menatap mata coklat indahnya yang semakin berkilau terkena sinar senja, betapa aku memujanya. Kau hanya tersenyum dan menggenggam tanganku. Aku rasa itu cukup sebagai jawaban. Ah apakah tadi sebuah pertanyaaan? atau justru pernyataan egois ku?
” Ree, aku harus mengatakan sesuatu. Aku……hmm..” Sial kenapa susah sekali untuk mengatakannya.
” Apa ini tentang rencanamu untuk pindah ke Berlin?” Terkejut. Ya hanya ekpresi itu yang ada di wajahku saat ini. Darimana dia tahu? Bukankah aku belum pernah mengatakannya sebelumnya? Apa dia akan mengizinkanku untuk pindah? Apa……
” Pergilah, aku tak apa.” Belum selesai aku terhanyut oleh pertanyaan-pertanyaku, suara itu kembali terdengar. Suara lembut dari perempuan yang berada tepat di sampingku, Luoree.
” Kau tak apa? Aku janji semuanya akan baik-baik saja dan tentu akan tetap sama.” Aku melihat senyum hangat itu kembali. Aku tahu, dibalik senyum itu kau mencoba untuk menyembunyikannya, perasaan dan kesedihanmu. Aku mengehela nafas panjangku. Kenapa susah sekali melupakannya? Bukankah ini tepat senja ke-1825 aku memutuskan melihat senja tanpamu? Lihat, sampai-sampai aku menghitung tiap senja tanpamu. Ternyata sudah 4 tahun, dan masih saja kenangan itu selalu muncul. Mungkin, suatu saat nanti kita akan dipertemukan pada senja-senja indah yang lain. Atau ini saatnya aku mencari seseorang yang baru untuk mengisi kepingan yang kosong ini? Entahlah……
Kok galau sih sis:(
Kan ceritain story mu nih haha
ciahaayyy